watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sedara
Akibat pijitan dari adik ipar

Awal terjadinya di tahun maret 2008. Saat aku
berusia 33 tahun . Aku punya seorang istri
berusia 31 tahun yang memiliki adik kandung
masih lugu dan pemalu. Sebut saja namanya
euis, baru berusia 17 belas tahun. Euis adalah adik
ke 3 istriku. ikut tinggal bersamaku karena ingin
bersekolah di jakarta. Mertuaku di sukabumi. Aku
ikut senang iparku tinggal bersamaku karena
sekalian menunggu dan mengurus rumahku
yang kosong hanya tinggal pembantu akibat kami
berdua bekerja.
Aku punya kebiasaan dan kegemaran yang
kubawa sejak remaja. Yakni senang di pijat.
Hampir seminggu sekali orang tuaku memanggil
tukang pijat langganannya, dan sekalian pula aku
ikut minta di pijat.
Tak heran, setelah menikah, minimal hampir
seminggu dua kali aku selalu minta dipijat istriku.
Aku juga punya pembantu. Terkadang
pembantuku yang sudah tua juga membantu
memijat tatkala istriku sudah kelelahan. Istriku
juga bekerja di bank swasta sebagai teller.
Kisahnya berawal dari suatu hari aku pulang
kemalaman karena lembur. Badanku terasa sakit
sekali. Aku ingin sekali di pijat. Tetapi istri dan
pembantuku sudah tidur. Saat itu aku lihat iparku
Euis masih belum tidur dan mengerjakan PR
sekolah SMA-nya di ruang keluarga. Karena
sudah tak tahan sakit semua badanku, aku coba
minta tolong Euis untuk memijat pundakku.
Euis menurut saja karena memang dia patuh
denganku. Awalnya dia ragu karena tak pernah
memijat orang. Lalu ku bilang : ” Tak apa lah,
Euis.. asal-asalan aja !. yang penting sakit Aa
hilang !”. (Aa adalah panggilanku). maka Euis pun
mau melakukannya. Mulailah dia memijat bagian
pundakku dan Aku tetap mengenakan baju.
Sama sekali aku tak punya pikiran macam-
macam karena aku mencintai istriku dan
menghormati keluarga mertuaku.
Aku rasakan ternyata pijitan Euis enak juga. Aku
mulai menikmatinya. “Enak juga pijitan si Euis !”,
pikirku. Setelah badanku agak enakan, aku minta
Euis untuk menghentikan pijitan dan ku minta dia
untuk segera kembali ke kamarnya.
Esok paginya aku ceritakan ke Istriku kalau
semalam badanku sakit sekali dan minta maaf
terpaksa aku minta tolong Euis adiknya untuk
memijatku. Istriku tampak seperti biasa saja
karena sangat percaya kalau aku tidak bakal
macam-macam ke adiknya.
Suatu hari, aku merasakan kembali sakit pegal-
pegal dibadanku. Mungkin karena kebiasaan di
pijat, capek sedikit saja serasa tak hilang kalau
tidak di pijat. Cepat-cepat aku bawa kendaraanku
ke rumah malam itu. Saat tiba di rumah, aku
minta tolong istriku– yang memang biasanya
sudah pulang duluan– untuk memijat seperti
biasa. Tapi dia bilang sedang capek sekali dan
tidak sanggup memijatku. Dia memintaku untuk
membangunkan bu sumi saja, pembantuku.
Tetapi bu Sumi sudah tidur.
Aku lapor ke istriku kalo bu sumi sudah tidur.
Tiba-tiba istriku bilang : ” ya sudah minta tolong
aja sama euis, tapi pijatnya di sini !”. (Di kamarku
dan istriku)
Lalu aku memanggil euis yang kebetulan
memang belum tidur. Istriku tiduran di
sampingku, ikut menyaksikan kalau aku sedang di
pijat tanpa buka baju oleh adik kandungnya.
sambil mengajari euis memijat dan ngobrol,
istriku lama-lama tertidur pulas.
Sejak hari itu kebiasaanku berlanjut. Aku makin
sering di pijat oleh Euis di kamarku. Di saksikan
oleh istriku. Frekwensinya kini malah lebih banyak
Euis yang memijatku ketimbang Istriku sendiri.
Sama-sekali tidak terlintas pikiran kotor untuk
macam-macam karena Euis anaknya memang
baik dan kuanggap masih kecil. aku juga sering
menasehatinya dalam agama meski aku juga
bukan orang alim, lalu menasehatinya juga agar
hati-hati dalam bergaul supaya tidak terlibat
pergaulan bebas.
Lama kelamaan aku makin keenakan di pijat Euis
dan mulai berani di pijat dengan buka baju.
Akupun mulai berani minta di pijat dengan
menggunakan minyak pijat seperti apa yang
memang sering dilakukan Istriku.
Aku rasakan pijatan tangan euis memang tidak
kalah dengan pijatan istriku. Sampai beberapa
bulan berlalu aku makin ketagihan dengan pijatan
Euis iparku.
Ohya, Tak lupa setiap kali di pijat, aku selalu
memberikannya uang Rp.100.000. Sesuatu yg
istriku juga mengizinkan aku di pijat Euis karena
melihat aku juga memberinya uang.
Sampailah di suatu malam yang hujan deras,
istriku sedang tertidur pulas saat aku baru tiba di
rumah malam hari. Badanku pegal sekali. aku
meminta euis untuk memijatku. Di tengah pijatan,
aku merasakan tiba-tiba muncul gairah ingin
sekali berhubungan seks dengan Istriku. Tetapi
istriku sudah tidur.
Aku pusing sekali, mungkin karena gairah yang
naik tiba-tiba, kini aku jadi mulai terangsang oleh
sentuhan pijatan Euis. Malam itu setan
membawaku untuk mencari rangsangan lebih.
Karena gairah seks ku sedang naik.
Tak seperti biasanya, aku yang paling-paling
hanya minta di pijat di bagian kaki, kepala dan
pundak tanpa buka baju. Kali ini minta lebih… Aku
minta Euis untuk memijat bagian dadaku !.
Semula Euis ragu-ragu karena tak biasanya aku
minta pijat di bagian itu.
“Ayo is, gak apa-apa sekali-sekali, tumben nih
bagiaan ini (dada) Aa agak pegel banget !”.
Pintaku. Akhirnya Euis menuruti permintaanku.
Aku menarik nafas dalam-dalam menikmati kulit
tangan iparku yg dilumuri minyak sedang
memijat sensitif dadaku untuk pertama kalinya.
Aku jadi sering menelan ludah malam itu.
Sungguh aku kian terangsang setiap telapaknya
mengenai bagian puting di dadaku.
“Euis.. !” Kataku. “Agak di-lama-in yah pijatnya di
bagian itu. Abis lagi pegal !”. Kataku. Jam
menunjukkan pukul 23.00. Selesai sudah pijatan
Euis. Aku minta Euis untuk tidur ke kamarnya.
Aku yg di kondisi gairah memuncak, sudah tak
kuasa lagi menahan. Ku bangunkan Istriku. Tetapi
dia ogah-ogahan. Seperti biasa kalau sudah
begini, aku punya sedikit kelainan seks. Ku buka
celana Istriku dalam kondisi dia tertidur, ku
baringkan tubuh istriku dalam keadaan tengkurap,
ku tuntaskan hajatku malam itu dengan
bermasturbasi menggejot-genjot pantat istriku yg
kadang akhirnya jadi terbangun dan membantu
menggoyang-goyang pantatnya.. “Crooott….
Crooot… !”, air maniku tumpah di pantat Istriku.
Waktu terus berjalan. Setiap kali aku pegel, aku
minta di pijat Euis, aku kini selalu minta dia
berlama-lama memijat di bagian dada. Terutama
saat istriku mulai tertidur. Semakin lama aku
makin menikmati. Sensasinya semakin lain.
Dalam keadaan terpejam mata, aku mulai berpikir
aneh-aneh.
Ada satu hal yang membuatku heran, ketika itu,
saat memijat di bagian dada, aku merasa Euis
memperlambat dan memperlemah tangannya
seperti mengelus memberi rangsangan. Aku
sudah tak memperdulikan lagi rasa malu saat
putingku membesar dan mengeras dibuatnya.
Mungkin dia sudah tahu kalu aku terangsang.
Mataku tetap terpejam menikmati sensasi hebat
itu seolah tidak tahu apa yang di lakukan oleh
tangannya. Aku juga merasa setiap euis memijat
bagian dadaku, nafas Euis juga ikut makin
memburu dan seperti tersengal-sengal. Sesekali
aku intip dari keremangan lampu kamar yg ku
redupkan, payudara Euis makin membesar.
Lama-kelamaan tiap di pijat aku mulai punya
pikiran kotor. Nafsu sudah menguasaiku. Aku
ingin sekali Euis bukan saja mengelus dadaku,
dalam khayalanku aku ingin dia bisa memainkan
jarinya di putingku. Bahkan menjilatinya. Aku
mulai mikir-mikir, mencari-cari rencana,
bagaimana caranya agar Euis bisa memainkan
putingku dengan leluasa dan bebas, tanpa
kehadiran istriku di sampingku seperti biasanya.
Sesuatu keliaran yang tak pernah terbayangkan.
Adik ipar yang aku kasihani dan sayangi
sebelumnya. Masih remaja pula.
Di kantor aku jadi sering terbayang-bayang
pijatan dan elusan tangan Euis di dadaku.
Sampailah Suatu hari sengaja aku pulang kantor
duluan. Sekitar jam 2.30 siang dimana Euis
biasanya memang sudah pulang dari sekolah.
Hari itu ternyata benar. Euis sedang menonton
TV. Tanpa ragu Aku minta Euis memijatku.
Pembantuku di kamarnya tidak curiga sama sekali
karena memang dia sudah tahu kebiasaanku
yang di pijat Euis di kamarku. Karena pernah satu
kali mereka berbarengan memijatku malam-
malam.
Siang itu Aku minta Euis untuk memijat lebih
lembut lagi di bagian dadaku. Aku sengaja
menutup gorden dan memadamkan lampu agar
jadi lebih remang-remang meski matahari masih
tinggi.
Siang itu Aku rasakan tangan Euis begitu leluasa
dan bebas seolah memberi rangsangan ke
dadaku tanpa takut di ketahui kakaknya.
Selama di pijat Aku merasa Euis tidak lagi memijat
dadaku tapi seolah membelai-belainya. Aku makin
tidak tahan. Lalu nekat aku bilang : “Euis, boleh
pijatin puting Aa pake jari-jari Euis nggak ?”
Kataku nekat.
“Hah.. ? Gimana caranya, A ? Kok pijat
putingnya ?, ” Katanya heran atau mungkin pura-
pura heran.
“Aa paling suka kalo Teteh (panggilan istriku)
pijatin puting Aa. Gampang kok !.” Sambil ku
pegang tangan dan tuntun jarinya untuk
menunjukan caranya.
Entah karena lugu, atau pura-pura tidak tahu, dia
menurut saja dan meneruskan memainkan
putingku dengan jarinya.
Aku bilang : “enak sekali, Euis. lebih pelan yah, tapi
tolong jangan bilang-bilang Teteh, ya !”
“Memang kenapa, Aa ?”
“Gak apa-apa, khawatir nanti Teteh marah dan
salah sangka “, kataku.
“Ya iya, Aa, Euis juga malu !”. Katanya dengan
wajah lugu.
“Euis tahu gak, Aa paling suka kalau dimain-
mainkan gini putingnya. Teteh juga paling suka
kalau di giniin putingnya,” kataku.
Euis diam saja mendengarnya. “Gini Euis,
kayaknya posisi Aa kurang nyaman deh, gimana
kalo Euis sambil tiduran juga pijatin puting Aa ?,”
Pintaku.
Entah kenapa Euis menurut saja dan ikut
merebahkan tubuhnya sehingga kini aku
berhadap-hadapan dengannya sambil tiduran.
Jarinya terus saja memijat putingku. Aku makin
kehilangan akal sehat. Dengan nekatnya aku
bilang : “Euis, sini Aa ajarin kamu gimana caranya
memijat puting Aa yang bener, karena kalau cara
pijat Euis kayak gini lama-lama puting Aa jadi
perih !.” Kataku
Kemudian ku lanjutkan kalimatku : “Tapi… Euis
sendiri harus ngerasain di pijat !, nanti Aa mau
praktekin memijat Euis, supaya nanti kalo pijetan
Euis makin enak, Aa akan kasih uang yg lebih
banyak !”.
“Maksud Aa ?”, tanya Euis.
“Sini deh Aa langsung pijetin Euis aja. Euis rasain
aja !”
“Ntar kalo teteh tahu gimana ?”
“Ya jangan kasih tahu dong, ini rahasia kita aja”.
Kataku
Tanpa buang kesempatan aku langsung nekat
memijat telapak kaki Euis. Agar dia tidak langsung
curiga. Aku pura-pura pijat dari telapak kaki agak
lama. Trus menjalar ke betis. Kemudian ku minta
Euis untuk duduk. Lalu ku pijat di bagian leher,
pundak dan kepala tanpa Euis membuka baju.
Lama-lama setelah Euis mulai merasa enak, aku
mulai berani memakai minyak pijat. Aku
memulainya dari bagian leher. Pelan-pelan dan
sesekali kusentuh bagian bawah kupingnya, agar
dia terangsang. Aku pijat pelan-pelan dan lama-
lama di bagian itu. Euis mulai menikmati dan tak
ada penolakan sama sekali. Trus aku mulai
memijat turun ke bagian pundak belakang.
Dengan sangat hati-hati, jemariku mulai meraba
memijat bagian pundak depan. Ku lihat Euis
makin terlena, meski matanya terpejam, aku tahu
dia tidak tertidur. Agar lebih leluasa tanganku
memijat dari belakang, Aku mencoba meminta
Euis untuk membuka kancing bajunya.
“Euis… ! Kancing bajunya buka satu ya !, supaya
Aa gampang pijat dada atas Euis !.”
Dan… Euis menuruti !. ” Yess… !”, senangnya
hatiku !.
Jariku makin menurun memijat ke wilayah dada,
di bagian atas payudara. Aku bisikkan kata-kata
untuk meminta euis terus memejamkan mata
dan menikmati musik lembut yg sengaja aku
putar.
Tanganku makin turun memijat ke bawah. Seolah
sedang berenang di dada dengan dengan gaya
katak. Jari-jariku mulai merasakan bagian atas
bukit payudara. Wow… Sudah meninggi dan
mengeras. Nafas Euis makin tersengal-sengal.
Semakin ke bawah… Ke bawah… Dan…
Inilah kesempatan yang tepat. aku sapu dengan
lembut bagian paling vital di payudara seorang
perempuan. Dengan begitu lembut sekali aku
sapu putingnya dengan jemariku. Euis seperti tak
menolak sama sekali. Tapi sedikit mendesis,
seperti agak takut.
Karena tak ada penolakan berarti, ku sapu saja
putingnya beberapa kali. Tak juga ada penolakan
berarti, akhirnya kumainkan terus jari telunjukku
di atas putingnya saja. Euis melipat bibir tanda
keenakan sambil sesekali menyapu bibir dengan
lidahnya.
“Euis…”, bisikku. ” Yang enak kalau nanti main-
mainin puting Aa.. ya kayak gini !. Enak banget,
kan ?”.
Euis mengangguk tanpa kata-kata. Lidahnya
sesekali keluar dari bibirnya.
“Euis mau yg lebih enak lagi nggak ?” Kataku.
“Buka ya kancingnya semuanya”, kataku
Aku lihat Euis sudah terangsang sekali. Entah
karena lugunya, saat kubuka semua kancingnya
dia diam saja. Lalu ku buka juga BH-nya meski
sempat sedikit menolak.
Akhirnya ku rebahkan badan euis dengan posisi
telentang, lalu aku mainkan jemariku di atas
puting yg merah coklat muda itu.
“Euis tidur aja ya, nikmatin aja sesuatu yang
paling dahsyat enaknya, euis pasti ketagihan
deh !”
“Euis mau diapain Aa ?”
“Ssst…. Rasain yah”, sambil ku belai-belai
rambutnya
Tanpa panjang kata lagi……
Ku jilati saja puting yang masih sebesar kacang
hijau itu….!!!
Tubuhnya menggelinjing. Ku mainkan ujung
lidahku dengan lembut di atas putingnya. Euis
mendesis seperti ular : “sssssstttt…. Eeeeeehhhh…
Euuuuhh !”
“Enak kan, Euiiiiis ?” Tanyaku
Euis diam saja. Matanya tetap terpejam kuat-kuat.
Mulailah Ku jilati seputar payudaranya, kemudian
turun ke bagian perutnya. Di pusarnya ku
mainkan lidahku agak lama. Sambil tanganku
meremas-remas payudaranya.
Mulutku kini naik ke bagian lehernya. Dia tampak
keenakan ku hisap-hisap tiap lekuk lehernya.
Kembali ku hisap setiap sudut bagian sensitif di
dadanya. Ku sedot di pangkal payudaranya
sampai meninggalkan tanda merah. Ya.. Aku
sengaja mencupangnya sampe ada 4 tanda.
Kulitnya kuning langsat nan bersih. Aku jelajahi
setiap lekuk-lekuk tubuhnya dengan kecupan dan
sedotan-sedotan lembut. Ku jilat dan ku hisap
juga ketiaknya pelan-pelan sekali. Aku coba
mengayati kenikmatan tiada tara ini.
Akhirnya ku cium bibirnya. Dia menolak tak mau.
Aku terus berusaha. Aku rangsang kembali di
putingnya agak lama. akhirnya.. Euis pasrah
menyerahkan mulutnya. Ku sedot dengan penuh
penghayatan bibirnya.
Kuminta Euis mengeluarkan lidahnya. Tanpa ragu
ku kecup dan ku hisap lembut lidah gadis 17
tahun itu. Aku sudah lupa kalau euis adalah adik
kandung istriku. Euis mulai lancar belajar
berciuman denganku. Kuminta euis menyedot
lidahku. Hanya dalam tempo beberapa menit Euis
makin pandai beradu sedot. Ludahnya tidak
berbau sama sekali.
Pelan pelan jariku sudah mulai meraba bagian
bawah selangkangan. Tapi dia selalu saja
menepisnya.
Aku sudah tak kuat lagi. Lalu ku buka celanaku.
Euis seperti ketakutan. “Ngapain Aa ?, jangan !,
Euis takut !”.
“Gak apa-apa Euis. Aa gak akan merawanin
kamu. Sungguh. Ayo pegang punya Aa aja !”.
“Jangan Aa !, Euis takut !”.
“Sumpah Aa gak bakalan merawanin Euis, Aa
mau minta tolong di pijetin barang Aa. Pake
minyak pijat !”
Euis seperti mau nangis. Akhirnya dengan
merayu dan sedikit paksaan, tangan Euis mulai
berani memegang.
Awalnya takut-takut. Lalu kuminta euis untuk
memijat alat vitalku. Aku ajari mengocok dengan
istilah memijat.
“Ya gitu Euis… Aa cuma mau Euis giniin Aa aja
kok, Aa juga takut merawanin Euis. Kalo Euis
hamil nanti gimana !”. Kataku.
Makin lama Euis makin tenang. Sehingga makin
lancar mengelus-elus alat vitalku. Lalu aku ajari
cara mengocok alat vitalku. Sambil berciuman,
aku terus mengurut payudara euis dengan
lembutnya.
Tapi aku merasa kocokan Euis belum pas dan
tidak enak. Aku coba dengan berbagai posisi
tangan Euis. Tetap saja tidak enak.
Lalu Aku minta dia nantinya tidur tengkurap saja.
Buka celana jeans tapi tidak membuka celana
dalam. Aku jelaskan caraku onani di pantat
kakaknya. Cukup lama aku merayunya, akhirnya
dia setuju.
Sebelum tidur tengkurap. Aku ciumi lehernya dari
belakang. Lalu sesekali sambil menghisap lidah.
Tanganku memijat payudaranya dari belakang.
Aku sudah tak kuat lagi. Kini Ku minta dia tidur
tengkurap saja.
“Maaf Euis, Aa mau onani di pantat Euis aja ya.
Euis buka celana jeeans Euis tapi gak usah buka
celana dalam. Aa pijam belahan pantat Euis aja.
Aa gak bakalan sodomi !.”.
Lalu ritual kelainan seks-ku dimulai. Ku jilati pantat
Euis. Lalu akhirnya ku tindih pantat yang masih
sekel itu. Aku tempelkan penisku di belahan
pantatnya. Aku genjot pantatnya. Ku peluk tubuh
Euis sambil tanganku meremas payudaranya dari
belakang. Hampir di ujung puncak orgasme, ku
tingkatkan frekwensi genjotan. Dan :
“croooot… Crooot… Crooot… !” Keluar air cintaku
banyak sekali membanjiri bagian atas pantat adik
iparku.
Dia kaget sekali. merasa aneh dengan cairan yang
baru pertama kali dilihatnya. Ku lihat matanya
memerah. Ya… Euis menangis, meski tangis tak
bersuara !. Mungkin dia menyesal melakukannya,
apalagi menghianati kakaknya, pikirku. Akupun
merasa menyesal juga saat itu. Kenapa sampai
bisa aku berbuat begitu hina kepada adik iparku
sendiri.
Tapi namanya nafsu memang sangat sulit
terbendung. Memang benar, perang terbesar di
dunia adalah perang melawan hawa nafsu. Dan
aku kalah.
Setelah kejadian itu aku tak pernah pijat lagi. Dan
Euis tidak mau.
Sampai di tiga bulan kemudian, aku diminta
tolong oleh istriku mengantar uang ke rumah
mertua di sukabumi dengan di temani euis
berdua saja. Entah setan apa kok tiba-tiba kami
sudah berciuman di mobil. Tak terduga sama
sekali. Perang melawan nafsu tak terkendali lagi,
aku lagi-lagi kalah. aku sempatkan mampir ke
sebuah hotel di perjalanan. Kami ulangi lagi
peristiwa yg sama, meski hanya check in 3 jam
saja.
Sejak peristiwa itu, kami sering bercinta tanpa
melakukan coitus. Paling penisku di peting, di
kocok, di jepitkan ke pantat, di jepit ke payudara,
bahkan di oral. Akupun sering meng-oral Euis
karena dia sukanya memang di oral.
Hingga kini 2010, euis masih tetap perawan. Euis
sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi atas
biayaku. Dia belum mau pacaran dengan orang
lain meski banyak yang mau. Euis juga jadi
ketagihan untuk menikmati seks denganku, sering
tiba-tiba dia meneleponku untuk mengajak
“istirahat” di hotel. Apalagi kalau bukan minta
dilayani kebutuhan seks-nya dengan cara
masturbasi.
Ada banyak pria keren yang datang ke rumahku
untuk mendekati Euis, aku sering cemburu. Kalau
sudah begitu nafsuku suka naik, Biasanya aku
lampiaskan dengan mengajak check in dia di hotel
esoknya.
Untunglah aku masih bisa menahan diri untuk
tidak memperawani nya.Tapi entah sampai
kapan.


Adult | GO HOME | Exit
1/4973
U-ON

inc Powered by Xtgem.com